Cinta Terlarang Ema Nur Setyaningsih
Air mengalir dari hulu sampai hilirnya. Menguras sisa mata air dengan membawa sekubang asa pada tetanah-tetanah yang merekah tua. Tak disangka dan tak ada yang pinta. Kemarau panjang melanda. Menguras segala genang hingga sampai ke titik muara. Seakan dosa menjadi peranan awal sebuah bencana. Luka bertumpu duka. Kicauan burung tak seriang gemuruh penabuh mendung yang dinanti-nantikan makhluk bernyawa. Keriput tunas lewat peranan layu-layunya, seakan pertanda kematian masal mengawang pasti di pelupuk mata. Tinggal menunggu giliran. Tinggal vonis takdir menghempas nyawa-nyawanya ke surga maupun neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar